Halaman
Buku PPKn
79
Ayo Bangga menjadi Bangsa Indonesia
Negara Kesatuan
Republik Indonesia merupakan potret sebuah
negara
yang
memiliki keragaman budaya yang lengkap dan bervariasi.
Bangsa Indonesia
mempunyai bermacam-macam suku
bangsa, dan setiap suku
bangsa mempunyai
ciri-ciri kebudayaannya sendiri sesuai dengan latar belakang masing-masing.
Keberagaman
bangsa Indonesia merupakan anugerah, dengan keberagaman maka
membuat hidup bangsa Indonesia menjadi indah.
Indahnya keberagaman bangsa Indonesia akan hilang apabila diantara suku
bangsa, ras dan agama di Indonesia tidak lagi bersatu dan tidak toleran. Sejarah
bangsa Indonesia dibangun oleh persatuan seluruh anak
bangsa tanpa melihat
suku,
agama, dan ras. Kebersamaan dalam keanekaragaman inilah yang harus kita
pupuk. Dalam Bab ini kalian akan belajar untuk terus menumbuhkan kebersamaan
dalam keanekaragaman masyarakat Indonesia.
BAB
IV
Menjelajah Masyarakat
Indonesia
Sumber:
www.setkab.go.id
Gambar 4.1
Kebersamaan antar masyarakat memperkokoh Negara Kesatuan
Republik Indonesia
80
Kelas VIII SMP/MTs
A.
Norma dan Kebiasaan Antardaerah di Indonesia
Cermati wacana berikut ini,
Apa informasi yang kalian peroleh saat membaca wacana di atas? Kalian pasti
ingin tahu lebih banyak informasi tentang kebersamaan dalam keberagaman
masyarakat Indonesia di berbagai
daerah. Kembangkan terus keingintahuan kalian
tersebut. Coba kalian rumuskan pertanyaan yang ingin kalian ketahui dari cerita di
atas. Seperti, apakah dalam perbedaan kita dapat hidup bersama?
Diskusikan dengan kelompok kalian untuk mengembangkan sebanyak mungkin
informasi yang kalian ingin ketahui tentang kebersamaan dalam keberagaman.
Masyarakat Sulawesi Utara umumnya dan secara khusus kota Manado
sangat menyadari dan memahami bahwa perbedaan suku,
agama, ras
dan antargolongan, dan berbagai perbedaan lainnya bukan ancaman
untuk hidup bersama. Masyarakat Sulawesi Utara dan Manado sebagai
ibukotanya memandang tidak ada untungnya jika mengancam dan merasa
terancam dengan perbedaan. Di dunia mana pun, tidak ada manusia yang
sama, bahkan yang kembar sekali pun tetap berbeda, karena manusia
diciptakan oleh Tuhan dengan sejumlah perbedaan di dalam dirinya. Istilah
Torang Samua Basudara bukan untuk menyatukan perbedaan atau untuk
menyamakan keberagaman, tetapi untuk mengakui dan memahami bahwa
perbedaan adalah hal yang indah dan mengandung
nilai kehidupan.
Sejarah telah mencatat bahwa bangsa yang maju dalam berbagai bidang
kehidupan adalah bangsa yang menghargai perbedaan. Abad 20 yang telah
kita lalui mengajarkan kepada kita bahwa manusia memiliki nasib yang
sama. Abad 21 mengungkapkan kepada kita bahwa antara dunia yang satu
dengan dunia yang lainnya saling berhubungan. Ini mengandung arti bahwa
tidak seorang pun atau tidak ada kelompok atau golongan mana pun dalam
masyarakat yang heterogen menjadi besar dan kuat, dan mampu mengatasi
tantangan sendirian. Tapi terkadang kebenaran ini mudah dilupakan,
akhirnya beberapa daerah dalam wilayah NKRI melupakan nasib bersama
bahwa Tosang Samua Basudara.
Sumber : http://www.facebook.com/notes/manado/makna-dan-
nilai-filosofi-torang-samua-
basudara/10150982256686390
Buku PPKn
81
Tulislah pertanyaan kalian dalam kolom di bawah ini :
Setelah kalian merumuskan rasa ingin tahu kalian dalam pertanyaan, cobalah
berkelompok mendiskusikan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Untuk
membantu kalian menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, berikut disampaikan
pembahasan tentang menumbuhkan kebersamaan dalam keanekaragaman. Kalian
juga dapat mencari informasi dari berbagai sumber belajar yang lain .
Mengenai macam-macam
norma kalian telah mempelajarinya di kelas VII dan
materi sebelumnya. Dalam kompetensi pelajaran ini, kita akan menumbuhkan sikap
bahwa perbedaan
norma dan kebiasaan antar masyarakat bukanlah penghalang
dalam menciptakan kebersamaan.
Keberagaman
norma dan
adat (kebiasaan) di nusantara
merupakan anugerah yang tak
terhingga sebagai kekayaan
bangsa Indonesia. Norma
dan
kebiasaan dalam suatu
masyarakat tumbuh didasarkan
oleh jiwa masyarakat itu sendiri.
Dalam pelaksaannya kita
akan menemukan berbagai
perbedaan adat dan kebiasaan
antar
daerah. Adat Istiadat
adalah sebuah ungkapan yang
artinya segala aturan, ketentuan,
tindakan, yang menjadi
kebiasaan suatu masyarakat
secara turun temurun.
Tabel 4.1 Daftar Pertanyaan
No.
Pertanyaan
Sumber:
dok.Kemdikbud
Gambar 4.2 Senyum Ceria Anak Indonesia dalam Keberagaman
82
Kelas VIII SMP/MTs
Tiap
daerah memiliki corak dan budaya masing-masing yang menjadi ciri khas
masyarakat tersebut. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai bentuk kegiatan sehari-hari,
misalnya upacara ritual, pakaian adat, bentuk rumah, kesenian, bahasa, dan tradisi
lainnya. Contohnya adalah pemakaman
daerah Toraja, mayat tidak dikubur dalam
tanah tetapi diletakkan dalam goa. Di daerah Bali, mayat dibakar (ngaben).
Kebudayaan
daerah adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat suatu
daerah. Pada umumnya, kebudayaan
daerah merupakan budaya
asli dan telah lama ada serta diwariskan turun-temurun kepada generasi berikutnya.
Kebudayaan kita sekarang ini sebenarnya merupakan hasil pertumbuhan dan
perkembangan kebudayaan masa lampau.
Contoh Adat Istiadat :
Berikut disajikan bebeapa contoh adat istiadat yang masih dilaksanakan dan
dilestarikan di beberapa daerah di Indonesia.
•
Suku Toraja
Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi
Selatan, Indonesia. Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidenreng dan
dari Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk
daerah ini dengan sebutan
To
Riaja
, artinya “Orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan”, sedangkan orang
Luwu menyebutnya
To Riajang
, artinya orang yang berdiam di sebelah barat. Ada
juga versi lain kata Toraya.
To = Ta u
(orang),
Raya = Maraya
(besar), artinya orang
orang besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan
kata Tana berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal kemudian
dengan Tana Toraja.
Sumber:
Id.Wikipedia.Org
Gambar 4.3
Rumah Adat Toraja
Buku PPKn
83
Di wilayah Tana Toraja juga digelar “
Tondok Lili’na Lapongan Bulan Tana
Matari’ollo”
, arti harfiahnya, “Negeri yang bulat seperti bulan dan matahari”.
Wilayah
ini dihuni oleh satu etnis (Etnis Toraja).
Tana Toraja memiliki kekhasan dan keunikan dalam tradisi upacara pemakaman
yang biasa disebut “
R ambu Tu ka
”. Di Tana Toraja mayat tidak di kubur melainkan
diletakan di “
Tongkonan
“ untuk beberapa waktu. Jangka waktu peletakan ini bisa
lebih dari 10 tahun sampai keluarganya memiliki cukup uang untuk melaksanakan
upacara yang pantas bagi si mayat. Setelah upacara, mayatnya dibawa ke peristirahatan
terakhir di dalam Goa atau dinding gunung.
Tengkorak-tengkorak itu menunjukkan pada kita bahwa, mayat itu tidak
dikuburkan tapi hanya diletakkan di batuan, atau dibawahnya, atau di dalam lubang.
Biasanya, musim festival pemakaman dimulai ketika padi terakhir telah dipanen,
sekitar akhir Juni atau Juli, paling lambat September.
Peti mati yang digunakan dalam pemakaman dipahat menyerupai hewan (
Erong
).
Adat masyarakat Toraja antara lain, menyimpan jenazah pada tebing/liang gua, atau
dibuatkan sebuah rumah (Pa’tane). Rante adalah tempat upacara pemakaman secara
adat yang dilengkapi dengan 100 buah “batu”, dalam Bahasa Toraja disebut
Simbuang
Batu
. Sebanyak 102 bilah batu yang berdiri dengan megah terdiri dari 24 buah ukuran
besar, 24 buah sedang, dan 54 buah kecil. Ukuran batu ini mempunyai
nilai adat
yang sama, perbedaan tersebut hanyalah faktor perbedaan situasi dan kondisi pada
saat pembuatan/pengambilan batu.
Simbuang Batu
hanya diadakan bila pemuka
masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya diadakan dalam tingkat “
Rapasan
Sapurandanan
” (kerbau yang dipotong sekurang- kurangnya 24 ekor).
•
Ngaben - Pembakaran Jenazah di Bali
Sumber:
www.indonesia.travel
Gambar 4.4
Upacara Adat Ngaben di Bali
84
Kelas VIII SMP/MTs
Ngaben adalah upacara pembakaran mayat, khususnya oleh mereka yang beragama
Hindu. Agama Hindu merupakan
agama mayoritas di Pulau Bali. Di dalam “
Panca
Ya d n y a
”, upacara ini termasuk dalam “
P i t r a Ya d n y a
”, yaitu upacara yang ditujukan
untuk roh lelulur
Makna upacara Ngaben pada intinya adalah, untuk mengembalikan roh leluhur
(orang yang sudah meninggal) ke tempat asalnya. Seorang
Pedanda
mengatakan
manusia memiliki
Bayu, Sabda, dan Idep.
Setelah meninggal
Bayu, Sabda, dan Idep
itu
dikembalikan ke
Brahma, Wisnu, dan Siwa
.
Upacara Ngaben biasanya dilaksanakan oleh keluarga sanak saudara dari orang yang
meninggal, sebagai wujud rasa hormat seorang anak terhadap orang tuanya. Upacara
ini biasanya dilakukan dengan semarak, tidak ada isak tangis, karena di Bali ada suatu
keyakinan bahwa, kita tidak boleh menangisi orang yang telah meninggal karena itu
dapat menghambat perjalanan sang arwah menuju tempatnya.
Hari pelaksanaan Ngaben ditentukan dengan mencari hari baik yang biasanya
ditentukan oleh
Pedanda
. Beberapa hari sebelum upacara Ngaben dilaksanakan keluarga
dibantu oleh masyarakat akan membuat “
Bade dan Lembu
” yang sangat megah terbuat
dari kayu, kertas warna warni dan bahan lainnya. “
Bade dan Lembu
” ini adalah, tempat
meletakkan mayat.
Kemudian “
Bade
” diusung beramai-ramai ke tempat upacara Ngaben, diiringi
dengan “gamelan”, dan diikuti seluruh keluarga dan masyarakat. Di depan “
Bade
”
terdapat kain putih panjang yang bermakna sebagai pembuka jalan sang arwah
menuju tempat asalnya. Di setiap pertigaan atau perempatan, dan “
Bade
” akan diputar
sebanyak 3 kali. Upacara Ngaben diawali dengan upacara-upacara dan doa mantra dari
Ida Pedanda, kemudian “Lembu” dibakar sampai menjadi abu yang kemudian dibuang
ke laut atau sungai yang dianggap suci.
•
Suku Dayak
Sumber:
Mecca.co.id
Gambar 4.5
Orang Dayak, maupun suku-suku lainnya di Indonesia merupakan warga
negara yang memiliki hak dan
kewajiban yang sama
Buku PPKn
85
Sejak abad ke 17, Suku Dayak di Kalimantan mengenal tradisi penandaan tubuh
melalui tindik di daun telinga. Tak sembarangan orang bisa menindik diri hanya
pemimpin suku atau panglima perang yang mengenakan tindik di kuping, sedangkan
kaum wanita Dayak menggunakan anting-anting pemberat untuk memperbesar
kuping/daun telinga, menurut kepercayaan mereka, semakin besar pelebaran lubang
daun telinga semakin cantik, dan semakin tinggi status sosialnya di masyarakat.
Kegiatan-kegiatan adat budaya ini selalu dikaitkan dengan kejadian penting
dalam kehidupan seseorang atau masyarakat. Berbagai kegiatan adat budaya ini juga
mengambil bentuk kegiatan-kegiatan seni yang berkaitan dengan proses inisiasi
perorangan seperti kelahiran, perkawinan dan kematian ataupun acara-acara
ritus serupa selalu ada unsur musik, tari, sastra, dan seni rupa. Kegiatan-kegiatan
adat budaya ini disebut Pesta Budaya. Manifestasi dari aktivitas kehidupan budaya
masyarakat merupakan miniatur yang mencerminkan kehidupan sosial yang luhur,
gambaran wajah apresiasi keseniannya, gambaran identitas budaya setempat.
Kegiatan adat budaya ini dilakukan secara turun temurun dari zaman nenek
moyang dan masih terus berlangsung sampai saat ini, sehingga seni menjadi perekam
dan penyambung sejarah.
Jadi, dapat disimpulkan yang disebut dengan kebudayaan adalah pikiran, karya,
teknologi dan rangkaian tindakan suatu kelompok masyarakat.
Cobalah kalian amati dan pelajari dari berbagai sumber tentang
norma yang
berlaku selain di daerah kalian, seperti cara berbicara, cara bertamu, cara
makan, dan sebagainya. Tulis apa yang sudah kalian ketahui ke dalam tabel
berikut :
Tabel 4.2 Norma dalam Antardaerah di Indonesia
No
Aspek Informasi
Uraian
1
Cara Berbicara
............................................................
............................................................
............................................................
2
Cara Bertamu
............................................................
............................................................
............................................................
Aktivitas 4.1
86
Kelas VIII SMP/MTs
•
Kampung Adat Naga – Jawa Barat
Dalam kehidupan masyarakat di desa Adat Naga,
agama Islam merupakan satu-
satunya
agama yang dianut dan dijadikan sebagai pedoman hidup oleh mereka. Oleh
karena itu, tak mengherankan kalau nuansa Islami begitu kental mewarnai berbagai
3
Cara Makan
...............................................................
...............................................................
...............................................................
4
.................................
...............................................................
...............................................................
...............................................................
5
.................................
...............................................................
...............................................................
...............................................................
Sumber:
centurism.blogspot.com
Gambar 4.6
Kampung Adat Naga, Tasikmalaya Jawa Barat
Buku PPKn
87
aspek kehidupan masyarakat di desa tersebut. Keselarasan dan keharmonisan
hubungan antarwarga masyarakat terjalin dengan baik, sehingga mereka terjaga dari
hal-hal yang dapat mengganggu kedamaian hidup mereka.
Untuk menjaga kelangsungan hidup, masyarakat Kampung Naga memiliki sumber
mata pencaharian yang cukup beragam. Namun demikian, sebagian besar dari mereka
lebih banyak yang menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian tanah sawah
dan perladangan tanah kering, baik yang statusnya sebagai petani pemilik, petani
penggarap, maupun buruh tani.
Kampung Naga merupakan sebuah potret kehidupan yang khas dalam menjalankan
roda kehidupan sehari-hari. Masyarakat Kampung Naga yang begitu kukuh memegang
falsafah hidup yang diwariskan oleh nenek moyang mereka dari generasi yang satu ke
generasi berikutnya,
Masyarakat Kampung Naga mewujudkan
nilai budaya melalui berbagai aspek
kehidupan seperti dalam sistem religi, sistem pengetahuan, sistem ekonomi, sistem
teknologi, dan sistem kemasyarakatan yang semuanya terangkum ke dalam sistem
budaya masyarakat Kampung Naga.
Masyarakat Kampung Naga juga mempercayai bahwa benda-benda pusaka
peninggalan mempunyai kekuatan magis. Benda-benda pusaka itu disimpan di
tempat suci atau Bumi Ageung yang merupakan bangunan pertama yang didirikan di
Kampung adat Naga. Selanjutnya, dari masa ke masa bangunan tersebut dirawat serta
diurus oleh seorang wanita tua yang masih dekat garis keturunannya.
Kehidupan di kampung naga, memang terlihat agak eksklusif dibanding dengan
masyarakat sekelilingnya. Mereka masih melakukan tradisi kehidupan yang sederhana
sesuai dengan pedoman hidupnya. Seperti rumah tidak menggunakan listrik dan
jumlah rumah tidak boleh lebih dari 118 rumah dan rumah tidak boleh ditembok
dan sebagainya.
•
Suku Bugis – Sulawesi Selatan
Sumber:
duniawisata.masterweb.id
Gambar 4.7
Jl. Bugis di Singapura merupakan bukti kuatnya budaya merantau
masyarakat Bugis
88
Kelas VIII SMP/MTs
Suku Bugis atau
to Ugi
adalah salah satu suku di antara sekian banyak suku di
Indonesia. Mereka bermukim di Pulau Sulawesi bagian selatan. Namun dalam
perkembangannya, saat ini komunitas Bugis telah menyebar luas ke seluruh Nusantara.
Penyebaran Suku Bugis di seluruh Tanah Air disebabkan mata pencaharian orang–
orang Bugis umumnya adalah nelayan dan pedagang.
Sebagian orang Bugis lebih suka merantau adalah pedagang dan berusaha
(
massompe
) di negeri orang lain. Orang Bugis zaman dulu menganggap nenek moyang
mereka adalah pribumi yang telah didatangi titisan langsung dari “dunia atas” yang
“turun” (
manurung
) atau dari “dunia bawah” yang “naik” (
tompo
) untuk membawa
norma dan aturan sosial ke bumi (Pelras, The Bugis, 2006).
Umumnya orang-orang Bugis sangat meyakini akan hal
to manurung
, tidak
terjadi banyak perbedaan pendapat tentang sejarah ini. Sehingga setiap orang yang
merupakan etnis Bugis, tentu mengetahui asal-usul keberadaan komunitasnya.
Penamaan “
ugi
” merujuk pada raja pertama kerajaan Cina (bukan
negara Cina, tapi
yang terdapat di jazirah Sulawesi Selatan tepatnya Kecamatan Pammana Kabupaten
Wajo saat ini) yaitu
La Sattumpugi
. Ketika rakyat
La Sattumpugi
menamakan dirinya,
mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai
To Ug i
atau
orang-orang/pengikut dari
La Sattumpugi
. La Sattumpugi adalah ayah dari We‘ Cudai
dan bersaudara dengan Batara Lattu‘, ayahanda dari Sawerigading.
Sawerigading sendiri adalah suami dari We‘ Cudai dan melahirkan beberapa anak,
termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar.
Sawerigading Opunna Ware
(Yang Dipertuan Di Ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra La Galigo
dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi
masyarakat Luwuk Banggai, Kaili, Gorontalo, dan beberapa tradisi lain di Sulawesi
seperti Buton (Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Suku_Bugis).
Peradaban awal orang–orang Bugis banyak dipengaruhi juga oleh kehidupan
tokoh-tokohnya yang hidup di masa itu, dan diceritakan dalam karya sastra terbesar
di dunia yang termuat di dalam
La Galigo
atau
sure‘ galigo
dengan jumlah kurang
lebih 9000 halaman folio dan juga tulisan yang berkaitan dengan silsilah keluarga
bangsawan,
daerah kerajaan, catatan harian, dan catatan lain baik yang berhubungan
adat (ade‘) dan kebudayaan–kebudayaan di masa itu yang tertuang dalam
Lontara
‘.
Tokoh–tokoh yang diceritakan dalam
La Galigo
, di antaranya ialah
Sawerigading, We‘
Opu Sengngeng
(Ibu Sawerigading),
We‘ Tenriabeng
(Ibu We‘ Cudai),
We‘ Cudai
(Istri
Sawerigading), dan
La Galigo(
Anak Sawerigading dan We‘ Cudai).
Tokoh–tokoh inilah yang diceritakan dalam
Sure Galigo
sebagai pembentukan
awal peradaban Bugis pada umumnya. Sedangkan di dalam
Lontara
itu berisi silsilah
keluarga bangsawan dan keturunan–keturunannya, serta nasihat–nasihat bijak
sebagai penuntun orang-orang bugis dalam mengarungi kehidupan ini. Isinya lebih
cenderung pada pesan yang mengatur
norma sosial, bagaimana berhubungan dengan
sesama baik yang berlaku pada masyarakat setempat maupun bila orang Bugis pergi
merantau di negeri orang.
Buku PPKn
89
Aktivitas 4.2
Cobalah kalian amati dan pelajari dari berbagai sumber tentang kebiasaan
yang berlaku selain di daerah kalian. Tulis apa yang sudah kalian ketahui ke
dalam tabel berikut :
Tabel 4.3 Kebiasaan Antardaerah di Indonesia
No
Aspek Informasi
Uraian
1
Tata Cara Membagi
Waris
.........................................................
.........................................................
2.
Hukum Keluarga
.........................................................
.........................................................
3
Upacara
Perkawinan
.........................................................
.........................................................
4
Upacara Kelahiran
.........................................................
.........................................................
5
...................................
.........................................................
.........................................................
Konsep
ade
‘ (adat) merupakan tema sentral dalam teks–teks hukum dan sejarah
orang Bugis. Namun, istilah
ade
‘ itu hanyalah pengganti istilah–istilah lama yang
terdapat di dalam teks-teks zaman pra-Islam, kontrak-kontrak sosial, serta perjanjian
yang berasal dari zaman itu. Masyarakat tradisional Bugis mengacu kepada konsep
pang‘ade‘reng atau “adat istiadat”, berupa serangkaian norma yang terkait satu sama
lain.Selain konsep
ade
secara umum yang terdapat di dalam konsep
pang‘ade‘reng
,
terdapat pula
bicara
(norma hukum),
rapang
(norma keteladanan dalam kehidupan
bermasyarakat),
wari
(norma yang mengatur stratifikasi masyarakat), dan sara‘
(syariat Islam).
90
Kelas VIII SMP/MTs
Cerita dibawah ini menggambarkan perbedaan budaya yang ada di
sekolah
Dari cerita diatas, perbedaan kebiasaan apa yang nampak nyata diantara
guru dan siswa?. Di sekolah, kalian dapat ditemukan berbagai perbedaan
norma dan
kebiasaan diantara seluruh siswa. SMP sebagai sekolah menengah
yang biasanya berada di Ibukota kecamatan memiliki siswa yang lebih beragam
dibandingkan dengan SD. Perbedaan
daerah tempat tinggal walaupun satu
kecamatan seringkali melahirkan
nilai-nilai kesopanan atau
kebiasaan yang
berbeda juga.
Selanjutnya amati dan laporkan berbagai perbedaan norma yang ada di
masyarakat atau di sekolah kalian. Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan
tata cara berbicara, berpakaian, tata cara bertingkah laku dan sebagainya.
Di tengah terik matahari siang, seorang siswa berlari di halaman
sekolah. Tanpa sengaja siswa tersebut berlari di depan guru dan tidak
mengucapkan permisi ataupun memohon maaf. Kemudian guru tersebut
memanggil siswa dan menasehatinya untuk tidak melakukan hal seperti
itu. Ketika sedang diberi nasehat siswa tersebut menatap mata guru. Guru
kemudian menegur siswa, mengapa ketika diberi nasehat siswa menatap
mata guru. Siswa itu pun menjawab “kata ibu, apabila sedang diberi
nasehat oleh orangtua atau guru maka saya harus menatap mata sebagai
bukti memperhatikan nasihatnya”.
Guru itupun terdiam dan dalam hatinya berkata “Saya diajari oleh
orangtua ketika dinasehati saya harus menundukkan kepala dan tidak
memandang mata”.
B.
Arti Penting Keberagaman Konteks Norma dan Kebiasaan Antardaerah
di Indonesia
1.
Arti Penting bagi Diri Sendiri
Norma seperti telah dibahas sebelumnya memiliki arti yang sangat baik bagi diri
sendiri dan masyarakat. Dalam konteks pribadi, manusia sebagai mahluk ciptaan
Tuhan terlahir sebagai mahluk individu. namun, seiring dengan pertumbuhannya,
kodrat manusia bergeser menjadi mahluk sosial. Hal ini disebabkan sejak lahir sampai
meninggal manusia senantiasa membutuhkan pertolongan dan bantuan manusia
lainnya.
Buku PPKn
91
Dalam pergaulan dengan manusia lainnya, tiap-tiap manusia mempunyai
keinginan atau kepentingan sendiri sendiri, ada manusia yang mempunyai
kepentingan yang sama dan ada pula yang mempunyai kepentingan
berbeda bahkan ada pula kepentingan yang bertentangan satu sama lainnya.
Pertentangan antara kepentingan manusia itu dapat menimbulkan kekacauan
di dalam masyarakat apabila dalam masyarakat tidak ada tata tertib atau
norma
yang mengaturnya.
Rasa tenang dalam hati akan tercipta apabila kita sebagai pribadi mampu
melaksanakan
norma dengan baik. Seperti apabila kita selalu jujur dalam
kehidupan sehari-hari, maka hati kita akan terasa tenang.
Pada dasarnya hati manusia akan selalu menyuruh untuk berbuat baik dan
menyalahkan perbuatan salah. Pemahaman ini oleh para ahli disebut juga
dengan ruang ketuhanan (
Godspot
) atau DNA Spiritualitas.
Godspot
ada pada
diri manusia, yaitu menjelma menjadi suara hati yang akan menyuruh pada
kebenaran dan merasa bersalah apabila melanggar suatu aturan.
2.
Arti Penting bagi Masyarakat
Dalam kehidupan bermasyarakat, norma memiliki arti yang sangat penting.
Norma mengatur kehidupan masyarakat agar menjadi tertib dan damai.
Keinginan setiap orang dalam masyarakat pasti berbeda. Adanya berbagai
keinginan dan lebih jauhnya kepentingan dalam masyarakat ini menyebabkan
dalam masyarakat mudah terjadinya pertentangan.
Agar pemenuhan kebutuhan setiap manusia itu berjalan secara teratur,
tidak terjadi benturan-benturan antara kepentingan manusia yang satu dengan
kepentingan sesama, diperlukan pengaturan petunjuk hidup, aturan atau
patokan yang biasa disebut
norma.
Sebagai kaidah atau aturan yang berisi perintah dan larangan yang
ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama norma dapat mengatur perilaku
manusia di dalam masyarakat guna mencapai ketertiban dan kedamaian.
Dengan mentaati
norma, maka tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara menjadi tertib, aman, rukun, dan damai. Suasana masyarakat
yang taat terhadap
norma yang berlaku dapat membentuk suatu kehidupan
masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
92
Kelas VIII SMP/MTs
Amatilah berbagai perilaku sesuai maupun melanggar norma dan kebiasaan
antardaerah di Indonesia. Diskusikan manfaat dari perilaku tersebut. Tulis
hasil pengamatan dan diskusi dalam tabel berikut
Aktivitas 4.3
No
Lingkungan
Perilaku
Manfaat
Akibat
1
Sekolah
..................
..................
..................
..................
..................
..................
..................
..................
..................
2
Masyarakat
..................
..................
..................
..................
..................
..................
..................
..................
..................
Kesimpulan
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
Tabel 4.4 Arti Penting Perilaku sesuai Norma dan Kebiasaan
Buku PPKn
93
C.
Menghargai Norma dan Kebiasaan Antardaerah di Indonesia
1.
Menghargai Keberagaman Norma dan Kebiasaan dalam Lingkungan Sekolah
Perhatikan teman di sekolahmu, apakah ada siswa yang memiliki sifat dan
kebiasaan yang sama. Kamu mungkin akan menemukan siswa yang pendiam, ada
yang senang bercanda dan berbagai kelakuan lainnya. Disisi yang lain kamu juga
mungkin menemukan siswa yang seringkali berkata keras. Itulah salah satu bentuk
keberagaman yang ada di sekolah.
Keberagaman
kebiasaan yang terdapat di lingkungan sekolah hendaknya dapat
disikapi dengan positif sebagai kekayaan kelas. Pada saat ini terutama di perkotaan,
masyarakat dan sekolah terbentuk serta hidup dalam perbedaan budaya. Oleh
karenanya kita dituntut untuk berpikir, bersikap, dan berperilaku sebagai manusia
yang menghargai, menghormati, dan mampu bergaul dengan sesamanya.
Kebiasaan boleh berbeda, namun kita tetap saling menghormati perbedaan
tersebut. Pepatah;
dimana bumi dipijak disana langit dijunjung
tepatlah kiranya
menggambarkan sikap perilaku kita dalam pergaulan disekolah.
Di rumah masing-masing tentunya kalian memiliki
kebiasaan dan perilaku yang
berbeda. Diantara kalian mungkin saja merupakan anak satu-satunya atau anak
tunggal dalam keluarga. Anak tunggal mungkin saja berbeda sikap dan kebiasaannya
dalam kehidupan keluarga dibandingkan dengan keluarga yang anaknya lebih dari
satu.
Perbedaan sikap dan perilaku dirumah dan dimasyarakat masing-masing ketika
berada di sekolah harus disesuaikan dengan tata aturan yang berlaku disekolah. Bagi
siswa yang diperlakukan istimewa di rumahnya, ketika berada di sekolah semuanya
memiliki kedudukan dan diperlakukan secara sama. Diantara siswa pun harus saling
menghargai, bekerjasama dan tolong menolong tanpa membedakan satu diantara
yang lainnya.
2.
Menghargai Keberagaman Norma dan Kebiasaan dalam Lingkungan Per
-
gaulan
Dalam lingkungan pergaulan, menghargai perbedaan
norma dan kebiasaan dapat
dilakukan dengan hal-hal berikut :
a.
Keterbukaan, untuk memahami keberagaman maka kita harus bersikap terbuka
terhadap perbedaan norma, sikap, perilaku, dan kebiasaan dan yang harus disadari
adalah bahwa semua orang itu berbeda.
b.
Memahami lebih jauh hal-hal yang ada dalam lingkungan pergaulan.
c.
Mendukung sikap dan perilaku baik dari teman yang berbeda budaya. Seperti
contoh, kepada teman yang suka berkata dengan lemah lembut kita tidak harus
mempermainkannya. Lebih baik kita berkata sopan kepadanya.
d.
Sikap positif seperti tidak suka mengeluh akan membuat orang lain nyaman
bergaul dengan kita.
94
Kelas VIII SMP/MTs
e.
Percaya diri dengan tidak menganggap rendah orang lain sangat diperlukan dalam
pergaulan.
f.
Kebersamaan dalam pergaulan yaitu melibatkan dan tidak memilah-milah teman
karena adanya berbagai perbedaan.
g.
Memahami tatacara pergaulan terutama dalam masyarakat yang budayanya
beragam. Seperti contoh dalam pergaulan masyarakat tertentu kita tidak boleh
memotong pembicaraan orang karena dianggap tidak sopan.
h.
Tidak memonopoli atau menguasai teman. Tindakan memonopoli teman
seperti memaksakan hobinya kepada orang lain akan menyebabkan pecahnya
kebersamaan.
i.
Berteman dengan memperlihatkan ekspresi dan penghargaan. Seperti tersenyum
dan memuji teman merupakan perbuatan yang akan memelihara kebersamaan.
3.
Menghargai Keberagaman Norma dan Kebiasaan dalam Lingkungan
Masyarakat
Keberagaman
norma dan
kebiasaan akan semakin mudah ditemukan dalam
lingkungan masyarakat terutama dalam masyarakat perkotaan. Masyarakat perkotaan
seringkali dibentuk oleh masyarakat pendatang. Masyarakat pendatang, membawa
norma dan kebiasaan dari daerah asal yang tentunya berbeda.
Dalam pergaulan masyarakat perkotaan berbagai perbedaan yang dimiliki
tiap orang dapat menyebabkan konflik. Konflik dapat terjadi apabila hilangnya
tenggangrasa dan saling menghargai antara satu orang dengan orang lain atau antar
masyarakat. Semua orang didalam masyarakat memiliki kedudukan dan
kewajiban
yang sama. Tidak ada orang yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.
Perbedaan
kebiasaan diantara masyarakat sepatutnya disikapi secara bijak oleh
masyarakat itu sendiri agar tercipta kehidupan masyarakat yang damai dan tentram.
Bentuk perilaku menghargai norma dan kebiasaan yang beragam dimasyarakat dapat
dilakukan dengan cara berikut :
a.
Sikap menghormati norma dan kebiasaan yang berbeda
b.
Menjunjung tinggi sikap toleransi dan kebersamaan
c.
Sikap tenggang rasa, dan
d.
Menjaga kerukunan antar masyarakat.
Buku PPKn
95
Amatilah lingkungan sekolah, pergaulan, dan masyarakat di sekitar kalian.
Tulislah perwujudan sikap menghargai norma dan kebiasaan antardaerah
yang terjadi dalam lingkungan tersebut.
Aktivitas 4.4
No
Lingkungan
Perilaku
Manfaat
Akibat
1
Sekolah
..................
..................
..................
..................
..................
..................
..................
..................
..................
2
Masyarakat
..................
..................
..................
..................
..................
..................
..................
..................
..................
Kesimpulan
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
Tabel 4.5 Perilaku sesuai Norma dan Kebiasaan Antardaerah
96
Kelas VIII SMP/MTs
Tabel 4.5 Perilaku sesuai Norma dan Kebiasaan Antardaerah
Buku PPKn
97
Uji Kompetensi 4.1
J
awablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1.
Jelaskan norma yang berlaku di
daerah kalian, dalam hal:
a.
Tata cara berbicara
b.
Tata cara bertingkah laku
2.
Jelaskan 3 (tiga) perbedaan tata cara berpakaian antardaerah di sekitar
kalian!
3.
Jelaskan 3 (tiga) persamaan tata cara bertamu antardaerah di sekitar kalian!
Uji Kompetensi 4.2
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1.
Jelaskan salah satu
kebiasaan yang berlaku di sekitar kalian!
2.
Jelaskan perbedaan salah satu
kebiasaan antardaerah di sekitar
kalian!
3.
Jelaskan persamaan salah satu
kebiasaan antardaerah di sekitar kalian
!
Uji Kompetensi 4.3
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1.
Jelaskan 3 (tiga) manfaat keberagaman
norma dan kebiasaan bagi diri sendiri!
2.
Jelaskan 3 (tiga) manfaat keberagaman
norma dan
kebiasaan bagi
masyarakat!
3.
Berilah 4 (empat) contoh sikap menghargai keberagaman
norma dan
kebiasaan di berbagai lingkungan masyarakat!
4.
Jelaskan 2 (dua) manfaat sikap menghargai keberagaman
norma dan
kebiasaan di berbagai lingkungan sekolah!
5.
Jelaskan 4 (empat) akibat tidak menghargai keberagaman
norma dan
kebiasaan di berbagai lingkungan masyarakat!
Uji Kompetensi
4